Jumat, 24 Desember 2010

Gedong Songo Temple… I’m coming!!!

“Mendaki gunung lewat di lembah…”


Mungkin lagu itu adalah lagu yang sangat pas ketika saya dan juga dua orang rekan saya (Meykke dan adiknya) sedang berkunjung ke Candi Gedong Songo. Dilihat dari namanya “Gedong Songo”, berarti candi ini berjumlah sembilan. Keunikan dari candi ini adalah letaknya yang berada di kawasan Gunung Ungaran dan juga jarak antara candi satu ke candi lainnya yang sangat jauh.


Kami berkunjung kesana dalam rangka mengisi waktu liburan kami yang sangat panjanggggg. Setelah kami (lebih tepatnya saya dan Meykke) berpusing-pusing dengan tugas-tugas kuliah, kami ingin sekali merefresh otak kami. Maka dari itu saya dan Meykke memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang memiliki pemandangan alam yang indah. Awalnya kami berencana untuk pergi ke pantai. Ya maklumlah selama ini kami tinggal di daerah pegunungan. Tapi ternyata setelah kami pikir-pikir akan lebih baik jika kami pergi ke suatu tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami. Sehingga Candi Gedong Songo lah yang menjadi tujuan utama kami.


Saya dan Meykke sebenarnya juga sudah mengajak teman-teman yang lain, tapi sayang mereka juga sudah memiliki kesibukannya masing-masing sehingga hanya saya, Meykke dan adiknya yang masih duduk di bangku SMP lah yang mengunjungi tempat menarik tersebut.


Perjalanan dimulai dari rumah kami masing-masing, lalu saya dan Meykke juga adiknya berjanji untuk bertemu di depan Toko Roti Pauline Ambarawa sekitar pukul 06.30. Setelah itu kami naik isuzu/colt diesel untuk menuju kawasan Bandungan. Selanjutnya, kami naik ojek untuk menuju pintu gerbang kawasan Candi. Sesampainya di pintu gerbang tersebut, kami membeli tiket masuk dan memulai perjalanan kami menelusuri candi tersebut. Saat itu udara masih sangat segar. Meskipun jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB tapi lokasi tersebut masih sedikit tertutup oleh kabut.


Candi tersebut berada di wilayah Gunung Ungaran. Kami sangat takjub dengan pemandangan yang terlihat disana. Khususnya saya. Karena ini berarti dengan menelusuri candi-candi tersebut, saya juga mendaki Gunung Ungaran. Sebelumnya saya belum pernah mendaki gunung. Mmm… Udah sih waktu SMA pas pelantikan Pramuka dulu, tapi mungkin bisa dibilang hanya muter-muter aja kali ya karena gak sampai puncak waktu itu tujuannya ke Kali Pancur. Nah oleh karena itu saya sangat takjub dengan perjalanan kali ini. Pemandangan yang terlihat di sekitar gunung benar-benar memukau para pengunjung.


Pertama, kami mengunjungi candi pertama yang terletak dekat dengan pintu gerbang kawasan candi ini. Disana kami mengambil beberapa gambar. Setelah itu kami mengunjungi candi-candi selanjutnya. Tapi sayang sekali kami hanya sampai candi nomor 6, dan kami tidak melanjutkan samapai yang nomor 9 karena Meykke tidak tau arah mana yang harus diambil. Ya sudah daripada nyasar lebih baik kami pulang turun kembali menuju candi pertama.





Perjalanan sangat melelahkan. Dan terik panas matahari pun menambah rasa lelah kami. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang disana. Menu yang dihidangkan di sekitar kawasan candi adalah Sate Kelinci. Dengan uang lima belas ribu rupiah, saya mendapat satu porsi sate kelinci plus lontongnya. Hehehe…




Menu siang tadi sudah menghilangkan rasa lapar kami, maka kami memutuskan untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Meskipun kami mengetahui bahwa jarak dari pintu gerbang kawasan candi ke jalan raya adalah sekitar 3-5 km, kami tetap memutuskan untuk turun ke bawah menuju jalan raya dengan berjalan kaki (sok kuat.com). Di perjalanan, kami sempat mampir ke toko bunga dan saya membeli dua jenis tanaman yang unik dan juga memiliki nama aneh (Papyrus dan bunga “Bawang-Bawangan”?).



Sesampainya di jalan raya pun kami kembali pulang dengan isuzu menuju rumah kami masing-masing. Perjalanan ini sangat berharga dan tidak akan terlupakan. Yang saya inginkan selanjutnya adalah mendaki Gunung Ungaran sampai puncak. Semoga saja lain kali saya bisa mendaki gunung tersebut dengan banyak teman.

Sabtu, 11 Desember 2010

Manusia Tanpa Alis... Apa jadinya???

Ketika ku lihat wajahku di cermin, aku teringat dengan peristiwa 12 tahun yang lalu...

Ya peristiwa itu... Peristiwa dimana aku kehilangan alis kanan ku... Ehmm... Bukan kehilangan sih, tapi lebih tepatnya menghilangkan.... Sebuah peristiwa yang konyol sih.... Kenapa pada saat itu aku bisa berhipotesis bahwa seseorang tanpa alis pasti akan terlihat jauh lebih cantik... Hey... What's going on the hell??? Dan lebih parahnya lagi hipotesis itu kulanjutkan dengan sebuah penelitian kecil... Ya.... Pada bisa nebak lah apa yang terjadi selanjutnya..

Malam itu... Aku cukur alisku dengan sebuah gunting... Orange warnanya... Aku masih dapat merasakan bagaimana gunting itu mengukir alisku... Kresssshhhhh.... Kresssshhhh... Kira-kira begitulah bunyinya...

Awalnya, aku berpikir bahwa setelah aku mencukur alisku, aku akan menjadi seseorang yang paling cantik di antara teman-temanku... Tapi alhasil ide gila ini tidak memberikan dampak positif bagi diriku... Yang ada malah kena omelan ortu dan ejekan dari orang-orang sekitarku... Aku juga teringat bagaimana aku mencoba untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi pada alisku... Di kelas, aku selalu pake topi... Gak pernah di copot... Sampai suatu ketika seorang guru meminjam topiku... Dan... Hal besar dan memalukan pun terjadi... Aku diejek oleh teman-teman sekelasku... Wajah konyol mereka masih terngiang jelas di otakku... Yang bisa kulakukan pada saat itu hanyalah menangis... Kupikir itulah senjata yang paling ampuh untuk membuat teman-temanku berhenti mengejekku... heheheh... :p

Mungkin kalian akan bingung dan terheran-heran mendengar ceritaku ini... Aku pun juga begitu... Lho??!!! heheh... Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berpikiran seperti itu pada saat itu... Hmmm... Mungkin daya imajinasiku terlalu tinggi dan melampaui batas ketika itu... Tapi peristiwa ini bukanlah peristiwa yang mengecewakan dan menimbulkan trauma yang mendalam pada diriku... Aku bangga bisa mengalami hal gila seperti itu karena hal gila itulah yang memberikan warna dalam lukisan kehidupanku... Tapi aku berharap ide gila itu tidak akan pernah muncul lagi di otakku... Ini adalah yang pertama dan terakhir... Cukup sudahhhh.... Gak bisa ngebayangin deh kalo hal itu terjadi lagi sekarang...

Senin, 06 Desember 2010

Anjing Vs Manusia

          Pernahkah Anda berpikir apa beda antara manusia dan anjing?? Aneh ya pertanyaannya... Coba pikirkan...!!! Anjing dengan manusia, mana yang paling setia...?? Kalau aku boleh jawab sih, anjing itu jauh lebih setia daripada manusia... Uppzzz... Gak bermaksud menyinggung lho... Tapi kalo kita ngukur intensitas kesetiaan anjing dengan manusia, kemungkinan besar anjing punya angka yang banyak daripada manusia... Wahaha.. Ironis.. Tragis... Tapi kenyataannya emang bgitu...


          Gw bilang kayak gini karena terinspirasi sama sebuah film yang menunjukkan bagaimana persahabatan antara manusia dengan anjing... Dan di film yang bersangkutan ini si anjing bener-bener setia banget sama majikannya, makanya dia dianggap anak sama si majikan... Perbedaan antara manusia dan anjing keliatan banget di film ini... Gampangnya gini... Gak jarang kita nemuin ada seseorang pengen jadi sahabat kita karena ada maksud terselubung ( ada udang di balik batu ). Persahabatan manusia itu lebih kepada syarat. Kalo persahabatan itu bisa menimbulkan simbiosis mutualisme, pasti secara langsung kita diterima ato menerima jadi teman. Trus kalo persahabatan itu bisa menguntungkan sisi "aku" nya, pasti hubungan persahabatan itu akan secara otomatis berlangsung... 


          Tapi hal ini beda sama anjing... Anjing itu gak perduli siapapun majikannya... Mau itu orang kaya, orang miskin, kulit hitam, kulit putih, cacat ato enggak, anjing gak akan perduli sama semua itu... Anjing itu gak butuh rumah yang mewah untuk ditempati, anjing juga gak butuh makanan yang enak untuk dimakan... Anjing cuma butuh kasih sayang ( weidannn... sok puitis ), tapi emang begitu kok... Kalau kita memberikan hati kita untuk dia, maka dia juga akan memberikan hatinya untuk kita... Dia akan mengabdi buat kita, dia juga rela kasih nyawanya untuk majikannya...


          Sekarang... Coba bandingkan sama manusia-manusia yang ada di bumi pada zaman ini... Adakah yang dapat bersikap seperti seekor anjing yang setia...??? Hmmm... Sangat diragukan... Aku gak yakin tuh kalo manusia bisa memiliki sikap setia seperti seorang anjing... Aku pun juga ragu sama diriku... Bisa gak ya??? Kita punya akal budi, yang gak dimiliki sama hewan-hewan... Tapi kenapa terkadang kita kalah saing gitu ya kalo soal setia ato gak setia ??? Padahal seharusnya kita itu bisa jauh lebih hebat karena kita bisa mengkomunikasikan antara pikiran/ akal budi kita dengan perasaan kita..


          Ya itulah kita... Kalo kita gak bisa setia sama perkara-perkara kecil, maka kita gak akan bisa setia sama perkara-perkara yang besar. Sama perintah orang tua aja gak setia, apalagi sama hukum... (-.-)"

Sabtu, 27 November 2010

OKB atau OMB?

     Seseorang dalam melewati kehidupan ini pasti seringkali menemukan banyak kesulitan. Ya maklumlah... Namanya juga hidup.. Hidup itu kayak roda berputar... Gak selamanya kita berada di posisi atas.. Pasti kita akan mengalami kehidupan di posisi bawah juga...

     Orang yang hidupnya pertama kali berada di posisi bawah, dia akan merasakan indahnya hidup ketika berada di posisi atas. Kenapa??? Karena ia telah berjuang mati-matian untuk mencapai puncak. Ya... Wajarlah kalau begitu... Tapi semua itu ada batasnya juga... Jangan mentang-mentang posisi kita udah di puncak trus lupa deh sama yang lainnya... Ibaratkan kacang lupa ama kulitnya...!!! Ketemu aja gak mau senyum, apalagi negur... Padahal sering banget ketemu... Huh... Manusia... Manusia...

     Kalau untuk orang yang hidupnya udah di puncak mah beda lagi... Mereka sih emang selalu enak-enak aja hidupnya,.. Tapi.... Ketika posisi mereka berubah jadi di lembah, biasanya sih mereka sulit banget untuk nerima semuanya itu... Biasanya lho.. Kebanyakan pada ngeluh ini, ngeluh itu... Seakan-akan yang punya masalah cuma mereka aja... Padahal in fact enggak khan... Masih ada yang jauh lebih punya masalah berat dari mereka...

     Gak cuma itu, ada juga lho orang-orang yang selalu di puncak, tapi gak pernah puas sama apa yang dia peroleh... Masih aja kepengen ini... Kepengen itu... Orang lain punya ini, dia juga pengen... Ya... Contohnya bisa diliat dari kehidupan bangsa ini... Karena uangnya terlalu banyak neh mungkin, orang-orang tipe ini sampe bisa beli hukum juga lho... Ya.. itu contoh rumitnya... Contoh gampangnya mah bisa kita lihat pada diri kita sendiri...

     Tapi itulah hidup... Dan... itulah juga yang namanya manusia... Jadi udah gak heran aja sih kalo denger-denger yang begituan...

Kamis, 11 November 2010

Manusia = Makhluk Sosial???

"Manusia adalah makhluk sosial." Setuju!!!!
Manusia memang gak akan pernah bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Apalagi ketika manusia itu ngalamin kesulitan yang besar buat hidupnya.
Manusia butuh Tuhan dan juga orang-orang di sekelilingnya untuk mensupport dia...
Gw seneng dan bangga banget bisa punya keluarga besar seperti apa yang gw miliki sekarang...
Jadi keinget liburan Lebaran kemaren...
Hmm...


Take a photograph di hari pertama Lebaran

Aku dan sepupu serta keponakanku.... Kerennnnn... Like this...!!!

Budhe Rita, Mama, Budhe Yuli, Budhe Ani, Bulek Puji

Dari kiri ke kanan : Jeane (adik), Citra (sepupu), Fani (sepupu).

Lihatlah ekspresi innocent dua bocah ini... hehehe...
 Farrel (sepupu) dan Andre (keponakanku) 

Selasa, 09 November 2010

Rasakan Hidup Dua Kali???

"We write to taste life twice, in the moment and in restrospection." (Anais Nin)
          Wah, liat quotation di atas, aku setuju banget. Bener banget kata Anais kalo dengan menulis kita dapat merasakan hidup dua kali. Pertama, saat kita mengalami suatu kejadian itu sendiri. Kedua, saat kita mencoba untuk menuangkan apa yang terjadi kepada kita ke dalam sebuah tulisan. Pastinya kalo kita ingin menulis sesuatu kan kita akan mengingat-ingat kembali tuh apa yang kita alami, lalu kita tuangkan deh ke dalam secarik kertas. Tapi hal ini sih gak berlaku buat para pembajak yang kerjaannya membajak tulisan orang lain.. hehehe... maap kalo tersinggung.
          Tadinya aku berpikir, apa sih enaknya jadi seorang penulis? Nothing kan? Tapi ternyata apa yang aku bayangkan gak sama dengan apa yang aku rasakan sekarang. Dengan menulis , kita gak hanya merasakan hidup kita dua kali aja lho, tapi kita juga bisa mencurahkan semua perasaan kita ke dalam tulisan itu sendiri. Kalo pas gak ada orang yang bisa untuk diajak ngomong, kan kita bisa share lewat tulisan. Kalo kita pas jengkel banget sama orang, kita juga bisa mencurahkan semua perasaan kita ke dalam sebuah tulisan kan daripada kita ngedumel sendiri kayak orang gila? hehehe... Ya itu sih menurut pandangan aku aja... Bagaimana dengan kalian???

Kamis, 04 November 2010

A Unique Bird Puppet

          My father bought me a unique bird puppet as a Christmas give when I was five years old. I had many kinds of toys, but it was the only toy that could get rid off my bad mood. At the time my father gave me a bird puppet, I cried because I fell down on the floor, but I would definitely laugh after I saw its dance. This bird puppet had beautiful colors in its feather. The colors could revive my spirit like there was fire around my body when I felt bored. Some parts of its body could illuminate. Its feathers could shine in the dark. I put it on the table beside my bed, and it glew when I turned off the lamp. I felt like being in the dark outer space with only accompanied by an object that emitted light. It looked like a star in a huge dark outer space. Not only the feathers, its eyes also functioned as a flashlight. I thought it could be used to look for a candle when the electricity went out. The bird puppet could be a substitute for my tape recorder that was broken. I could listen to three children songs through this bird puppet because there were three children song recordings in its body. It had a sound recorder. I could record my voice and play the recording back. It was the most unique bird puppet that I had ever had in my life because I had never found a unique bird puppet similar as mine.

Make Believe

          I used to pretend to be a fashion designer. I remember making many costume designs everyday. I made male and female costumes. I moved my pencil on a piece of paper to make a design pattern. After I finished making the pattern, I colored the pattern using colored pencil. I bound all of the designs into one and showed them to my parents. I said to my mother, "Mom, if you want to make a new dress, just ask me, and I will make a design for you." She gave me a big smile, and I considered it as an approval. I do not know whether the designs I made are good or not, but making the design again and again made me believe that I could be a fashion designer at that time.

Sabtu, 30 Oktober 2010

My elementary school's bathroom

         A bathroom in my elementary school was very unpleasant. When I went into the bathroom, I could smell the bad smell of urine. The smell was so stinky, and made me feel queasy. Its floor was dirty. The floor was filled with mud, and it turned into brown. I found mushrooms growing on the floor. The wall was covered in moss. Moss had green and brown colors. There was no water in the bathtub because the faucet broke. Because of that situation, it was difficult for me to find water. On the top of the wall, I found a water tower where Mr.Gepeng lived. I did not know who he was. Some of my friends said that he was a ghost. Because of that, sometimes I felt scared to go to the bathroom. So, if  I can conclude, it was the most unpleasant bathroom I had ever met in my elementary school.

Becoming A Sudden Hero

             He hopped of the horse like a Hollywood cowboy. He, a young man named Pete, crouched to take a wooden beam which was located next to his right leg. Pete lowered his head, closed his eyes, began to say a prayer, and thirty seconds later he opened his eyes and then directed his gaze to the front. His legs that began to move were accompanied by the heavy rain's voice that fell. His heart beat faster, and his hands that were holding the wooden beam were shaking. Three tall burly men who dressed in black made him a bit hesitant to perform a noble act that emerged from his heart. A beautiful young woman who dressed in red creamed and started to cry because no one helped her. The two big men took her purse and also the existing contents of her bag. The third big man hugged the beautiful woman from behind and sniffed her long hair. Seeing all that happened to the woman, Pete made his steps faster to help the woman immediately. When Pete arrived at the place, he lifted the wooden beam and hit the three big men until they got black-and-blue. The big men asked for forgiveness and admitted their faults. Pete asked for the bag which they took from the woman and its contents and told them to go away. The beautiful woman thanked to Pete and kissed Pete's right cheek. Pete jumped joyfully, but the slippery wet grass made him fall. Bumm!!! Pete fell out of the bed and apparently, he was just dreaming.