Selasa, 11 Desember 2012

Ketika Mentari Terbenam

Malam yang sepi
Kegelapan pun seakan menjadi temannya
Angin malam menyambutku
Begitu pula dengan udara dingin yang dengan erat memeluk tubuh ini

Kesunyian menemaniku
Dengan lirih dia bertanya padaku, "Apa yang kau pikirkan?"
Diriku terdiam untuk mencari sebuah jawaban untuk aku ungkapkan
Otakku terus mencari sebuah kalimat yang bisa aku ungkapkan
Aku menjawab, "Tidak ada."

Sepasang kata itu terucap
membuatku terus bertanya kepada diriku sendiri
Tidak ada? Betulkah tidak ada?

Aku tersenyum
Dengan lirih, kubisikkan kepada langit bahwa aku kembali mengingatnya
Ya mengingat sebuah kisah manis yang menetes pahit di hatiku
Aku mengingat warna itu
Warna hitam yang selalu bisa memberikan sinar mentari untuk hidupku dulu

Tetapi sekarang...
warna hitam yang melekat pada jiwanya membawa hatiku pada kegelapan
Aku ingin berteriak kepada bulan
tetapi sang dewi malam tak kunjung menampakkan dirinya
Aku ingin meminta kepada ratusan bintang di langit untuk membawa sinar mentari masuk ke dalam hatiku
tetapi mereka hanya diam dan tersenyum padaku

Sang kabut memanggilku
Dia membisikkan sebuah kalimat di telingaku
"Kau sudah temukan sinar itu"
Aku tersenyum mencoba mencari
"Dimana??" teriakku
Sinar itu datang dan mendekatiku
Pancarannya memeluk hangat tubuhku yang membeku
Aku kaget seraya tersenyum
Aliran darahku terus mengalir deras menuju otak dan hatiku
Jantungku berlari kencang
membuat sepuluh jari tanganku diam dan membeku

Sinar itu terus mendekapku
Kehangatannya membuat tubuh yang beku ini mencair
Ada apa ini?
Aku terdiam
Mataku tak dapat melihat sinar itu dengan jelas
Lalu sepasang mata bola ini terpejam

Perlahan kehangatan itu lepas dari diri ini
Aku terkejut
Sinar itu menghilang
Kabut dingin pun kembali menyambutku dengan hangat
Lukisan pelangi terbalik itu pun terpancar dari kedua bibirku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar