Sinar mentari pagi yang lembut membangunkanku
Ya membangunkaku dari sebuah kenyataan yang pernah membekas di dalam hatiku
Sebuah kenyataan yang tidak lain adalah rajutan kisah yang pernah membuatku takut
Hmm... Takut untuk mengulang kembaali kisah itu...
Takut untuk mengenal apa arti cinta sesungguhnya
Kau tau?
Seringkali aku berkata kepada diriku sendiri
"Cinta itu berbahaya... Cinta ibarat obat yang menyembuhkanmu dari rasa sakit yang membunuhmu... Tapi seketika itu juga, cinta seperti racun yang dapat membunuhmu..."
Mengerikan bukan?
Ya... Cinta dapat menghapus satu senyuman yang diberikan oleh Sang Pemahat Agung untukmu...
Jarum-jarum jam terus berlari mengejar satu sama lain
Detik-detik pun berlalu
Dan selama itulah hatiku membeku
Seringkali sinar cahaya datang menyinari hatiku
Semua sinar itu berlomba-lomba untuk mencairkan hatiku yang telah membeku selama ini
Tapi... Tak ada satu pun yang berhasil
Sampai akhirnya kau datang
Kau mungkin bukan sinar pertama yang menyinari hatiku
Tetapi kaulah satu dari puluhan sinar yang berhasil menembus dalamnya lautan beku di hatiku
Kau berhasil mencairkannya
Kau berhasil membuatku untuk membuka hati yang selalu ku tutup rapat selama ini
Aku tak pernah peduli siapa dirimu
Aku tak pernah peduli bagaimana dirimu sebenarnya
Bahkan jika semua rasa sayang yang pernah kau ucapkan padaku hanyalah sebuah permainan hati belaka
Aku pun tak peduli
Mungkin kau berpikir bahwa aku bodoh
Ya... Mungkin aku memang bodoh... Dan itu karenamu...
Mungkin saat ini kau berpikir bahwa semua yang ku ucapkan padamu adalah omong kosong belaka
Aku tak peduli
Atau bahkan mungkin sekarang kau menertawakanku disana
Lakukanlah itu jika kau bahagia
Satu hal yang aku ingin kau tau
Rasa sayang yang kumiliki tulus
Aku membuka pintu hatiku yang selama ini selalu tertutup
Aku membukanya untukmu
Tapi aku tak akan pernah memaksamu untuk menjaga hatiku
Aku akan menanti waktu dimana kau merasa yakin bahwa kau sanggup menjaganya
Doaku akan selalu ada untukmu
Karena aku menyayangimu
Sabtu, 06 Juli 2013
Selasa, 18 Juni 2013
S****** DIBALIK LAYAR
Hmmm…
Udah lama banget ya gue gak nyorat-nyoret tembok blog gue. Yaaa gimana ya??
Sebagai fosil (sebutan untuk mahasiswa/i
tingkat atas), gue mulai disibukkan oleh segudang aktivitas yang terkadang
bisa merampas waktu tidur gue. :D Ya bukan salah aktivitasnya juga sih, tapi
emang salah gue nya yang kagak pinter bagi waktu. #pengakuan dosa
Okeeeehhhh
kagak usah basa-basi. Hari ini gue pengen banget nulis sebuah tulisan yang buat
gue sangat perlu buat ditulis. *krik krik krik* Apakah ituuu?? Jengggg jengggg…
Pada mau tau kan?? Pasti mau lah.. Harus mau pokoknya. #maksa :D
Minggu, 30 Desember 2012
Kudu Piye?
Woiii friends… Udah
lama juga ya gue gak nge-blog… Entah kenapa hari ini otak gue gatel banget
pengen numpahin beberapa memori kejadian yang terjadi dalam hidup gue… Baiklah
kita mulai saja…
25 Desember 2012
Merupakan satu hari yang mengguncang dunia khususnya kota
Ambarawa… Well, bukan karena kiamat kayak yang orang-orang pada ngomongin di
bulan ini… Tapi di hari itu, segenap umat Kristiani dari segala penjuru dunia
memperingati hari Natal. Buat loe yang umat Kristiani ataupun Katolik pasti
ngerti dah apa yang gue maksud. Yang laen juga pasti pada ngerti lahh… Nahh,
kalo kagak ngarti buat PR yeee… :D
#rancid banget gue
Okay, back to the topic. Di hari Natal, biasanya orang-orang
pada melakukan berbagai macam kegiatan untuk merayakan hari tersebut. Gak cuma acara
keluarga doang, tapi perayaan Natal juga dilakukan di gereja. Nah
ngomong-ngomong soal perayaan Natal nih yeee. Gereja gue yang tidak lain adalah
Gereja Kristen Indonesia di Ambarawa [disingkat menjadi GKI Ambarawa] juga
mengadakan perayaan Natal dengan menampilkan sebuah drama kolosal.
Judul dari drama ini adalah “Kudu Piye?”. Drama ini
menceritakan tentang sebuah kota yang mulai kehilangan harapan akibat berbagai
macam masalah yang datang silih berganti menghantam kehidupan para penduduk
setempat #sok puitis :P. Drama ini melibatkan lebih dari 50 pemuda dan remaja
yang bertugas sebagai cast [pemain] dan juga crew [panitia].
Dalam drama ini, gue terlibat sebagai crew. Gue nge-bantu si
om sutradara yang tidak lain adalah Ferdian untuk ngebuat ide cerita menjadi sebuah
naskah. Asliiii… Meskipun semester 7 kemaren gue ngambil mata kuliah drama,
kalo gue boleh jujur, gue mau ngaku kalo bikin script drama itu kagak gampang. Kadang
gue bingung ini orang-orangnya mau disuruh ngomong apa. Terus ditambah lagi gue
juga harus ngasih stage direction biar pas latihan castnya pada terbantu untuk
ngerti apa yang harus mereka lakukan. Dan loe mau tau?? Hati kecil gue bilang
loe pasti mau tau :D… Drama ini ada 14 scene mameeeeennnn…. 14 scene...
Benar-benar luar binasa… hahahah… Mungkin drama fakultas gue yang tampil
setahun sekali di kampus itu belom tentu 14 scene… Tapi asli drama ini
bener-bener keren. Gue jabarin satu satu aje yee sekaligus loe kenalan sama
pemainnya…
Scene 1
Settingnya adalah pasar dan situasi saat itu pasarnya
kebakaran. Dalam scene ini, banyak orang terlibat. Ada 3 orang bapak-bapak, 4
petani dan istrinya, 6 figuran kalo gak salah terus habis itu ada Nada yang
diperankan Putri dan Bagas [diperankan oleh Alex] yang terbakar dalam kebakaran
pasar itu. Scene yang satu ini cukup menyayat hati. Suwerrr actingnya pada
bagus-bagus banget di scene ini. Gue yang ada di belakang stage kagak berani
liat… Ya selain bantu-bantu di backstage, gue juga takut nangis nonton scene
ini. Hahahaha.. Dan beberapa orang bilang, ada yang hampir nangis bahkan nangis
waktu nge-liat scene ini. Prok prok prok. Standing applause gue lemparkan buat
para cast.. Saluttttt… :D
Scene 2
Scene yang satu ini adalah situasi pasca kebakaran. Tapi
sang sutradara mengubahnya menjadi sebuah pertunjukan treatikal dimana Puput
[adik dari Ferdian] dan Olive menjadi pembaca puisi. Puisinya keren. Yang baca
juga bikin puisi itu makin menyayat hati #ngomong opo iki :D Di scene ini gak cuma
ada puisi doang, tapi juga ada empat penari treatikal [Revo, Daniel, Kiky, Leo]
yang bawa bendera bertuliskan hal-hal negative yang terkadang dimilikin sama
manusia kalo lagi ada masalah seperti amarah dan sanak saudaranya. Selain itu
ada dua penari [Robert, Willy] yang bawa satu kain hitam panjang berukuran 5x1m
yang digunakan buat ngebalut Puput dan Olive. Nah kain item ini digambarkan
sebagai dosa yang menyelimuti manusia. O yaa gue lupa… Di scene dua ini juga
ada Tuhan Yesus [diperankan Risang] bersama 3 malaikat kecil [Sherine dan dua
temannya yang gue lupa namanya hehehe sorry].
Scene 3
Nah di scene ini sang pemeran utama [Arjuna] yang diperankan
oleh Aldo pun muncul. Aldo merupakan salah satu pemain yang daya ingatnya
sangat kuat. Kenapa? Karena hampir di semua scene dia muncul. Ya jelaslah…
Pemeran utama gitu lho. Udah gitu dialognya panjang-panjang lagi… Parah dahh
nih yang bikin script #merasabersalah :D Tapi si Aldo bisa hapal alurnya plus
hapal juga kata-kata yang mau dia omongin. Sangarrrr… Actingnya juga okeee…
Nyokap sama budhe gue juga bilang kalo yang jadi Arjuna itu bagus actingnya.
Selain itu di scene ini juga ada Pak Dahlan [bapaknya Arjuna] yang diperankan
oleh Fredi, Bu Prita [ibunya Arjuna] yang diperankan oleh Christy, Bima
[kakaknya Arjuna] yang diperankan oleh Jovian dan Opa Krisna [kakeknya Arjuna]
yang diperankan oleh mas Andri. Beuhhh keempat pemain ini juga gak kalah bagus
actingnya. Karakter yang dibikin itu pas banget waktu mereka mainkan. Sangar
dah pokoknya. Lanjutkan teman!! :D
Scene 4
Scene ini adalah salah satu scene yang bikin galau. :D Cerita
di scene ini gue ambil dari pengalaman temen gue [catet, digaris-bawahi dan
distabilo: bukan pengalaman gue] yang ditinggal mati sama pacarnya. Scene ini
merupakan scene dimana Nada menggalau karena ditinggal mati sama Bagas. Awal
dari scene ini adalah pembacaan puisi oleh Nada terus ada Bagasnya juga.. Hmmm
Bagas bukan jadi setan sihhh… Tapi maksudnya Bagas ditempatkan di situ adalah
untuk visualisasi aja. Jadi ntar si Bagas itu diambil sama malaikat Gabriel
[diperankan oleh Tyas]. Setelah itu ada Reno [diperankan Michael] dan Arjuna
yang ngasih kejutan ke Nada. Soal acting?? Wah gak usah ditanya.. Semuanya
keren-keren. Angkat jempol dah.
Scene 5
Salah satu scene yang berbau politik ini menunjukkan kepada
kita kalo hidup itu bukan sekedar panggung sandiwara biasa aja, tapi terkadang
hidup kita itu juga diselingi dengan permainan politik beberapa oknum yang suka
bermain politik… Mudeng gak?? Gak ya?? Ya udah lupakan aja karena gue sendiri
juga kagak mudeng sama apa yang gue omongin #lhoh :D Well, di scene ini kembali
lagi istri para petani [diperankan oleh Devita, Titi, Astrid an Vera] dimunculkan.
Ada juga tambahan pedagang kue dan es dawet yang diperankan oleh Devina dan
Ellyn supaya settingnya bener-bener keliatan kalo itu lagi di pasar. Para
pembeli yang diperankan oleh Agnes cs. juga dimunculkan. Disini juga ada
reporter yang diperankan oleh Ratih dan cameramen yang diperankan oleh Erick. Daaaannnnn…
Satu lagi yang menjadi tokoh penting pembawa alur cerita drama ini dimunculkan.
Dia adalah Pak MaDeSu [nama beken dari Marwan Deden Sudrajat] yang di perankan
oleh Cerry dan ajudannya yang diperankan oleh Debby. Pak MaDesu ini ceritanya
adalah calon lurah kota Ambarawa gitu. Dan beliau melakukan sedikit kampanye di
situ. Scene ini juga gak kalah keren dah. Scene ini lumayan berat kisahnya karena
menggunakan kisah politik, tapi sekali lagi… Seberat apapun scene ini, tetep
aja pemainnya bisa ngimbangin. Soal acting gak usah ditanya lagi… Keren dah…
Waktu pentas, semua pemain di scene ini dan juga di scene lainnya seakan-akan
kesurupan karakter-karakter yang mereka mainkan [ihhh wauwww kesurupan :D] Jiwa
mereka menjadi satu dengan tokoh-tokoh yang ada dalam script. Sekali lagi
congratulation buat semua pemain. :D
Scene 6 & 7
Cerita di scene ini diambil dari kenakalan remaja yang sering
terjadi di tengah kehidupan kita sebagai manusia. Kenakalannya ya kayak
mabuk-mabukan gitu. Pemainnya adalah Robby yang menjadi Irfan, Ricky yang jadi
Aryo, Fendy yang jadi Mirza, Ine yang menjadi Tika, Pak MaDeSu, Arjuna, Reno,
dan Fariz yang diperankan oleh Titan. Adegan yang harus dimainkan pastinya
adegan menyogok, adegan nyanyi gaya mabuk, adegan makan kacang gaya mabuk, adegan
marah-marah gaya mabuk, adegan berantem binti mabuk, adegan nasehatin bumbu
melas, adegan berani cap takut… Ya pokoknya gitu… Kalo mau tau nonton aja. :D
Scene 8 & 9
Well well well… Scene ini juga merupakan scene yang baik.
Scene ini ada dan muncul di dalam script. Cerita dalam scene ini juga gak
jelek-jelek amat. Tapiii beberapa jam sebelum drama dimulai, Risang [coordinator
Backstage yang menjadi artis tetap pemeran Tuhan Yesus] pun berkata “Scene 8
sama 9 dibunuh Vi.” Jeng jeng jeng… Petir menyambar, gelondongan batu letusan
gunung merapi pun menyambar [amit2 jangan sampe dahh] ketika gue di kasih tau
kalo kedua scene itu dibunuh alias dihapus… dimusnahkan… dilenyapkan…
ditiadakan dari pementasan drama kolosal ini. Sebenernya gak masalah sih kalo
mau dihapus juga. Yang bikin gue kaget itu adalah waktunya bro waktunyaaaa…
Mendadak banget ngapusnya. Untungnya di scene ini gak banyak property yang harus
digunakan, jadinya backstage kagak bingung-bingung juga. Keputusan penghapusan
scene itu disetujui. Tapi meskipun dihapus, alurnya juga gak berubah… Tetep
sama… Kedua scene ini diganti sama satu scene yang dimana si Arjuna berdoa
sambil bawa celengan. Sekali lagi salut buat Aldo yang berhasil memainkan scene
dadakan itu. Lanjutkan!!! :D
Scene 10
Settingnya
adalah bengkel. Nah waktu scene ini backstage pada galau, termasuk gue… Hahaha…
Mau tau kenapa? Hmmm ini soal teknis sih. Kita semua pada galau, bingung,
resah, gelisah dan gundah gulana waktu mau masukin property ke stage. Jadi kalo
di drama itu biasanya backstage masukin property sama ngeluarin property dari
stage itu waktu lampu panggung dimatikan, sehingga penonton gak bisa ngeliat muka
backstage dan waktu lampu nyala yang penonton tau settingnya udah pindah. Tapi
waktu pentas kemaren, lampu sering banget telat padamnya. Hal ini jadi bikin
backstage pada bingung dan gak bisa bertindak cepet buat ganti property. Nah puncak
kegalauan backstage itu terjadi waktu mau masuk di scene 10. Gue dan
temen-temen backstage lainnya udah bersiap-siap bawa property bengkel kayak
velg buat dimasukkin ke stage lewat pintu D. Edo dan Jojo [salah dua anggota
backstage] tanya, “Kak ini kita kapan masuknya?”
Gue njawab, “ntar pas light’s
off.”
Ditunggu beberapa detik, lampu tak kunjung padam. Risang dan Yoel yang
berdiri di pintu C ngomong pake bumbu sedikit teriak karena jarak pintu C ke D
sekitar 4 meteran.
Yoel bilang,
“Velgnya jangan lupa.”
Risang
dengan suara agak keras nambahin, “Sekarang… Velgnya masukin sekarang.”
Gue ngasih
kode, “Lampu belom matiiiii.”
Risang bersikeras dengan suara lantang cetar membahana yang
mungkin kedengeran sama penonton di kursi depan ngomong, “Masukin sekarang.”
Akhirnya, gue, Edo, Jojo, Novi, Ratih dan Erick mulai
masukin perkakas bengkel ke stage dengan kondisi lampu nyala. Dan ketika kita
ada di panggung, lampu baru mati. Waduhh keliatan dah mukanya. Keliatan juga
dah proses perpindahannya. Kena dehhhh… Hahahha…
Tapi kesalahan seperti itu
wajar terjadi. Gak ada sempurna di dunia ini. Kata Dorce, “Kesempuranaan hanya
milik Allah dan kekurangan milik kita manusia.” Begitu juga dengan drama ini.
Tapi meskipun banyak kegalauan, semuanya bisa termusnahkan dengan baik. Siiippp
dahhh… Gue juga salut sama semua rekan-rekan backstage C sama D yang cepet
tanggapnya. Gak perlu disuruh ngangkat sesuatu, mereka udah ngangkat sendiri.
Begitu juga dengan backstage yang bertugas di pintu A [Ezer, Dessy, Indi cs] dan
B [Puput cs.] waktu nganter mic dang nyari pemain. Sangarrr top cerrr dahhh…
Scene 11
![]() |
Photo taken by Mas Jarwo |
Scene 12
![]() |
Photo taken by Mas Jarwo |
Scene 13
Di scene ini adalah scene yang hampir terakhir. Di scene
ini, para petani beserta istrinya ketemu sama pendeta yang diperankan oleh Pak
Hernadi. Cukup singkat sih scene ini. Tapi bener-bener bisa ngegambarin situasi
kehidupan yang terjadi di tengah kita. Pesan dari drama ini ter-imply di scene
ini. Apa yang kita lakukan untuk dunia setelah Tuhan memberikan yang terbaik
buat hidup kita?? Mungkin itu pertanyaan tepat yang bisa dilontarkan ke
penonton di scene ini.
Scene 14
![]() |
VG Sola Gracia - Photo taken by Mas Jarwo |
Ya kira-kira begitulah situasi yang terjadi pada saat drama
kolosal natal 2012 GKI Ambarawa yang berjudul “Kudu Piye?” dimainkan. Suka
duka, pahit manis, capek dan lelah dirasakan bersama. Mungkin banyak kendala
yang terjadi pada saat persiapan maupun pementasan dimulai. Emosi juga kadang
naek turun grafiknya. Tapi semua itu bukanlah penghalang kami pemuda-pemudi,
remaja-remaji, juga anak-anak Tuhan lainnya bersatu mempersembahkan sebuah
kreasi cantik nan unik untuk Dia, Sang Juruselamat yang rela turun ke dunia
bagi kita semua.
Gue bener-bener salut sama temen-temen yang terlibat. Crew
tanpa cast bukanlah apa-apa, begitu pula sebaliknya. Pokoknya terima kasih
kepada semua teman-teman yang terlibat [Icha, Dian, Febe dll] dalam drama ini
dan tak lupa juga kepada Tuhan Yesus atas penyertaannya selama ini… #pidato :D
Sekian aja postingan gue kali ini.
Selamat Natal 2012 dan Tahun Baru 2013
Damai Tuhan beserta kita semua
Selasa, 11 Desember 2012
Ketika Mentari Terbenam
Malam yang sepi
Kegelapan pun seakan menjadi temannya
Angin malam menyambutku
Begitu pula dengan udara dingin yang dengan erat memeluk tubuh ini
Kesunyian menemaniku
Dengan lirih dia bertanya padaku, "Apa yang kau pikirkan?"
Diriku terdiam untuk mencari sebuah jawaban untuk aku ungkapkan
Otakku terus mencari sebuah kalimat yang bisa aku ungkapkan
Aku menjawab, "Tidak ada."
Sepasang kata itu terucap
membuatku terus bertanya kepada diriku sendiri
Tidak ada? Betulkah tidak ada?
Aku tersenyum
Dengan lirih, kubisikkan kepada langit bahwa aku kembali mengingatnya
Ya mengingat sebuah kisah manis yang menetes pahit di hatiku
Aku mengingat warna itu
Warna hitam yang selalu bisa memberikan sinar mentari untuk hidupku dulu
Tetapi sekarang...
warna hitam yang melekat pada jiwanya membawa hatiku pada kegelapan
Aku ingin berteriak kepada bulan
tetapi sang dewi malam tak kunjung menampakkan dirinya
Aku ingin meminta kepada ratusan bintang di langit untuk membawa sinar mentari masuk ke dalam hatiku
tetapi mereka hanya diam dan tersenyum padaku
Sang kabut memanggilku
Dia membisikkan sebuah kalimat di telingaku
"Kau sudah temukan sinar itu"
Aku tersenyum mencoba mencari
"Dimana??" teriakku
Sinar itu datang dan mendekatiku
Pancarannya memeluk hangat tubuhku yang membeku
Aku kaget seraya tersenyum
Aliran darahku terus mengalir deras menuju otak dan hatiku
Jantungku berlari kencang
membuat sepuluh jari tanganku diam dan membeku
Sinar itu terus mendekapku
Kehangatannya membuat tubuh yang beku ini mencair
Ada apa ini?
Aku terdiam
Mataku tak dapat melihat sinar itu dengan jelas
Lalu sepasang mata bola ini terpejam
Perlahan kehangatan itu lepas dari diri ini
Aku terkejut
Sinar itu menghilang
Kabut dingin pun kembali menyambutku dengan hangat
Lukisan pelangi terbalik itu pun terpancar dari kedua bibirku
Kegelapan pun seakan menjadi temannya
Angin malam menyambutku
Begitu pula dengan udara dingin yang dengan erat memeluk tubuh ini
Kesunyian menemaniku
Dengan lirih dia bertanya padaku, "Apa yang kau pikirkan?"
Diriku terdiam untuk mencari sebuah jawaban untuk aku ungkapkan
Otakku terus mencari sebuah kalimat yang bisa aku ungkapkan
Aku menjawab, "Tidak ada."
Sepasang kata itu terucap
membuatku terus bertanya kepada diriku sendiri
Tidak ada? Betulkah tidak ada?
Aku tersenyum
Dengan lirih, kubisikkan kepada langit bahwa aku kembali mengingatnya
Ya mengingat sebuah kisah manis yang menetes pahit di hatiku
Aku mengingat warna itu
Warna hitam yang selalu bisa memberikan sinar mentari untuk hidupku dulu
Tetapi sekarang...
warna hitam yang melekat pada jiwanya membawa hatiku pada kegelapan
Aku ingin berteriak kepada bulan
tetapi sang dewi malam tak kunjung menampakkan dirinya
Aku ingin meminta kepada ratusan bintang di langit untuk membawa sinar mentari masuk ke dalam hatiku
tetapi mereka hanya diam dan tersenyum padaku
Sang kabut memanggilku
Dia membisikkan sebuah kalimat di telingaku
"Kau sudah temukan sinar itu"
Aku tersenyum mencoba mencari
"Dimana??" teriakku
Sinar itu datang dan mendekatiku
Pancarannya memeluk hangat tubuhku yang membeku
Aku kaget seraya tersenyum
Aliran darahku terus mengalir deras menuju otak dan hatiku
Jantungku berlari kencang
membuat sepuluh jari tanganku diam dan membeku
Sinar itu terus mendekapku
Kehangatannya membuat tubuh yang beku ini mencair
Ada apa ini?
Aku terdiam
Mataku tak dapat melihat sinar itu dengan jelas
Lalu sepasang mata bola ini terpejam
Perlahan kehangatan itu lepas dari diri ini
Aku terkejut
Sinar itu menghilang
Kabut dingin pun kembali menyambutku dengan hangat
Lukisan pelangi terbalik itu pun terpancar dari kedua bibirku
Minggu, 18 November 2012
Bittersweet
Harimau buas itu berlari
Mengejar sebuah kehidupan
Tanpa taring di mulutnya
Apel merah merona
Sangat manis dilihat
Tetapi pahit dirasa
Menara Eiffel
Kokoh berdiri tegak
Dibasahi sejuta hujan cahaya
Tetapi runtuh diterpa badai
Itulah...
ukA...
ukA
Sesosok manusia yang "kuat"
ukA
Sesosok manusia yang "sangat bahagia"
ukA
Sesosok manusia yang "tegar"
ukA tertawa melihat dirinya...
ukA bertanya, "Apakah itu aku?"
ukA bertanya, "Apakah aku kuat?"
ukA bertanya, "Apakah aku tegar?"
ukA bertanya, "Apakah aku benar-benar bahagia?"
Mungkin itulah ukA...
Terlahir untuk mengalah...
Sungguh sebuah ironi...
Tapi ukA selalu bersyukur...
ukA selalu bahagia...
Bahagia itu sederhana
Selama senyum mentari itu terpancar
Terpancar dari wajah-wajah mereka
-karena ukA
ukA akan tersenyum
ukA akan bahagia
Karena....
Sinar mentari itu membuktikan
Kalau ukA itu ada...
Sabtu, 10 November 2012
Zakheus
Cerita ini diambil dari Lukas 19: 1-10
Berikut adalah aktivitas yang dapat diberikan kepada murid sekolah minggu usia kelas 4-6 SD...
![]() |
Potong gambar pohon tersebut sesuai bentuknya.Tetapi berikan sisa garis putih pada tepi gambar agar terlihat lebih rapi. |
Soal
1.
Zakheus adalah seorang pemungut _____. (cukai)
2.
Zakheus menjadi ____ dengan cara menipu orang lain. (kaya)
3.
Zakheus terlalu _______ untuk melihat di antara kepala orang banyak. (pendek)
4.
Yesus datang ke kota ___ dimana Zakheus tinggal. (Yerikho)
5.
Zakheus memanjat sebuah pohon ___ __ agar dapat
melihat lebih jelas. (ara)
6.
Yesus berkata bahwa Ia ingin menumpang di ___ Zakheus. (rumah)
7.
Zakheus mengira bahwa Yesus akan membencinya seperti
orang lain, tetapi sebaliknya Yesus ___ dia. (mengasihi)
8.
Zakheus berjanji untuk memberikan setengah dari apa
yang dimilikinya kepada orang __________. (miskin)
9.
Yesus mengasihi dan ___ Zakheus. (mengampuni)
10. Yesus ___ dan mengampuni kita juga. (mengasihi)
Sabtu, 03 November 2012
Sepuluh Orang Kusta
Cerita ini diambil dari Lukas 17: 11-19
Berikut adalah aktivitas yang dapat diberikan kepada murid sekolah minggu usia kelas 4-6 SD
Kunci Jawaban:
1. Yerusalem
2. Sepuluh orang kusta
3. Yesus, Guru, kasihanilah kami
4. Imam-imam
5. Sembuh
6. Kusta
7. Seorang
8. Memuliakan
9. Yesus
10. Bersyukur
11. Samaria
12. Sepuluh
13. Sembilan
14. Memuliakan
15. Asing
16. Imanmu
17. Menyelamatkan
Rabu, 10 Oktober 2012
Sabtu, 06 Oktober 2012
Selasa, 02 Oktober 2012
Ku Awali Oktober dengan Virus "Telat"
Hari ini tepatnya 02 Oktober 2012
adalah hari yang bener-bener luar biasa buat gue. Kenapa? Karena hari ini
merupakan salah satu hari dari setiap hari dimana gue bisa ngeliat kasih Tuhan
yang bener-bener luar biasa buat gue. Bukan cuma itu, gue juga dapet pelajaran
berharga dari apa yang gue laluin hari ini. Mmm… Bentar-bentar… Tepatnya
kombinasi antara malam kemaren sama pagi hari ini.
Langganan:
Postingan (Atom)